Selasa, 22 Maret 2016

Larangan Sholat Menyerupai Binatang



LARANGAN SHOLAT
 MENYERUPAI BINATANG

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

1.      Larangan Turun Sujud Seperti Turunnya Onta
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَبْرُكْ كَمَا يَبْرُكُ الْبَعِيرُ وَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
       Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Jika seseorang dari kamu sujud, maka janganlah ia turun sujud sebagaimana mendekamnya unta. Hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya".
Perintah turun sujud dengan mendahulukan kedua tangan ini merupakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, juga perbuatan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana dikatakan oleh ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ ابْنَ عُمَرَ: أَنَّهُ كَانَ يَضَعُ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ، وَقَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَفْعَلُ ذَلِكَ
Dari Ibnu Umar, bahwa ia biasa meletakkan dua tangannya sebelum dua lututnya. Dan ia mengatakan, "Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukannya".

Adapun hadits Wail bin Hujr radhiyallahu ‘anhu yang memberitakan bahwa ia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam turun sujud dengan meletakkan dua lututnya sebelum dua tangannya, maka hadits ini dha'if (lemah). Demikian juga anggapan bahwa matan (isi) hadits Abu Hurairah di atas maqlub (terbalik) adalah tidak benar.


2. Larangan Menghamparkan Tangan Seperti Binatang Buas
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اعْتَدِلُوا فِي السُّجُودِ وَلَا يَبْسُطْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ الْكَلْبِ
       Dari Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, "Seimbanglah di dalam sujud, dan janganlah seseorang dari kamu menghamparkan kedua lengannya sebagaimana terhamparnya (kaki) anjing". (HR al-Bukhari, no. 822. dan Muslim,no.493).
Hadits ini merupakan dalil larangan menghamparkan dua lengan pada waktu sujud, yaitu meletakkan dua lengan di tanah (lantai atau tempat sujud.). Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan untuk mengangkat dua lengan (ketika sujud), sedangkan yang diletakkan di tanah adalah dua tapak tangannya.
Orang yang shalat dilarang melakukan itu, karena keadaan itu adalah keadaan atau sifat orang yang malas. Sementara orang yang sedang shalat dituntut berada dalam keadaan paling bersemangat dan menghindarkan diri dari semua keadaan yang menimbulkan kemalasan dalam semua rukun-rukun shalat.
Disamping juga, keadaan itu menyerupai binatang buas dan anjing. Adalah suatu yang tidak pantas bagi manusia yang telah dimuliakan dan diutamakan oleh Allah Azza wa Jalla menyerupai binatang, apalagi dalam keadaan shalat.


 3. Larangan Menoleh Seperti Musang
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ وَنَهَانِي عَنْ ثَلَاثٍ أَمَرَنِي بِرَكْعَتَيْ الضُّحَى كُلَّ يَوْمٍ وَالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَنَهَانِي عَنْ نَقْرَةٍ كَنَقْرَةِ الدِّيكِ وَإِقْعَاءٍ كَإِقْعَاءِ الْكَلْبِ وَالْتِفَاتٍ كَالْتِفَاتِ الثَّعْلَبِ
       Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan aku dengan tiga perkara dan melarangku dari tiga perkara. Memerintahkan aku untuk melakukan shalat dhuha dua raka'at setiap hari, witir sebelum tidur, dan puasa tiga hari dari setiap bulan. Melarangku dari mematuk seperti patukan ayam jantan, duduk iq'a seperti duduk iq'a anjing, dan menoleh sebagaimana musang menoleh".

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
لَا يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ وَهُوَ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ فَإِذَا الْتَفَتَ انْصَرَفَ عَنْهُ
Allah senantiasa menghadapi seorang hamba ketika ia sedang shalat, selama ia tidak menoleh. Jika ia menoleh, maka Allah berpaling darinya. (HR Abu Dawud.no. 909).

Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata, "Perumpamaan orang yang menoleh di dalam shalatnya dengan pandangan matanya atau hatinya (ialah) seperti seseorang yang dipanggil oleh seorang raja. Raja tersebut mendudukkan orang itu di hadapannya, mulai menyerunya, dan berbicara kepadanya. Namun pada saat itu orang tersebut menoleh ke arah kanan dan kiri dari sang raja. Hatinya juga berpaling dari sang raja sehingga ia tidak memahami pembicaraan sang raja. Maka apakah perkiraan orang itu terhadap tindakan raja kepadanya. Bukankah tingkatan paling rendah: ia akan meninggalkan sang raja dalam keadaan dimurkai dijauhkan darinya, dan jatuh martabatnya di hadapan sang raja?"
Larangan menoleh ini dikecualikan dengan beberapa hal -jika dibutuhkan- seperti melirik dengan tanpa memutar leher, menolehnya imam kepada makmum karena suatu keperluan, dan meludah tiga kali ke arah kiri untuk menolak bisikan setan.


4. Larangan Sujud Dengan Cepat Seperti Ayam Mematuk
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ الأَشْعَرِىِّ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلاً لاَ يُتِـمَّ رُكُوْعَهُ يَنْقُرُ فِي سُجُوْدِهِ وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ هَذِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ مُـحَمَّدٍ، ثُـمَّ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَثَلُ الَّذِي لا يُتِمُّ رُكُوْعَهُ وَيَنْقُرُ فِي سُجُوْدِهِ، مَثَلُ الْـجَائِعِ يَأْكُلُ التَّمْرَةَ وَالتَّمْرَتَانِ لاَ يُغْنِيَانِ عَنْهُ شَيْئًا

       Dari Abu Abdullah al-Asy'ari radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang laki-laki tidak menyempurnakan ruku'nya dan mematuk di dalam sujudnya ketika ia sedang shatat lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda. "Jika orang ini mati dalam keadaannya ini, maka ia benar-benar mati tidak di atas agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ' lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan ruku'nya dan mematuk di dalam sujudnya, (ialah) seperti orang lapar makan satu biji kurma, padahal dua biji kurma saja tidak bisa mencukupinya".
Abu Shalih (seorang perawi di dalam sanad hadits ini) berkata, "Aku bertanya kepada Abu Abdullah, 'Siapakah yang telah menceritakan hadits ini kepadamu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?' Dia menjawab, 'Para komandan tentara, Amru bin al-Ash, Khalid bin Walid, dan Syurahbil bin Hasanah; mereka semua telah mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam'".


5. Larangan Duduk Iq'a Seperti Binatang Buas
Dalil larangan ini ialah hadits yang telah disebutkan di atas (point ke tiga), dan iq'a ini juga disebut dengan 'uqbatusy-syaithan.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ وَيَنْهَى أَنْ يَفْتَرِشَ الرَّجُلُ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ
       Dari 'Aisyah, ia berkata. "Dan beliau (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) melarang 'uqbatusy-syaithan, juga melarang seseorang menghamparkan kedua lengannya seperti terhamparnya kaki binatang buas". (HR Muslim, no. 498).
      
       Duduk Iq'a dalam Shalat itu Ada Dua Macam:
1.       Iq'a yang terlarang. Yaitu cara duduk seperti binatang buas, kera atau anjing. Cara duduk ini ialah dengan menegakkan kedua betis, menempelkan pantat ke tanah (lantai) dan meletakkan kedua tangan di tanah (lantai).
2.      Iq'a yang boleh. Yaitu meletakkan pantat di atas dua tumit pada waktu duduk di antara dua sujud. Hal ini disebutkan di dalam beberapa hadits.

6. Larangan Menggerakkan Tangan Ketika Salam Seperti Ekor Kuda
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنَّا إِذَا سَلَّمْنَا قُلْنَا بِأَيْدِينَا السَّلَامُ عَلَيْكُمْ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَنَظَرَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا شَأْنُكُمْ تُشِيرُونَ بِأَيْدِيكُمْ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ خَيْلٍ شُمْسٍ إِذَا سَلَّمَ أَحَدُكُمْ فَلْيَلْتَفِتْ إِلَى صَاحِبِهِ وَلَا يُومِئْ بِيَدِهِ

       Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, "Aku shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kami dahulu jika salam (dalam sholat), kami mengisyaratkan dengan tangan kami 'as-salaamu alaikum, as-salamu 'alaikum,' kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat kami, lalu beliau bersabda, 'Mengapa engkau memberi isyarat dengan tanganmu, seolah-olah ekor-ekor kuda yang tidak tenang? Jika seseorang dari kamu salam (dari shalatnya), hendaklah ia menoleh kepada saudaranya, dan janganlah ia memberikan isyarat dengan tangannya." (HR Muslim, no. 431, dan lain-lain).
Kami sering melihat ada sebagian orang melakukan shalat, ketika salam, ia membuka telapak tangannya ke arah kanan dan kiri. Perbuatan seperti ini termasuk di dalam larangan hadits ini. Sepantasnya mereka mempelajari tata cara shalat dengan baik supaya dapat melakuan shalat itu sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Demikian sedikit keterangan tentang larangan menyerupai keadaan atau gerakan binatang  di  dalam  shalat. Semoga  bermanfaat bagi kita. Amin
 Allahualam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar