LARANGAN
SHOLAT
MENYERUPAI BINATANG
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ
اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
1.
Larangan Turun Sujud Seperti Turunnya Onta
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا
سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَبْرُكْ كَمَا يَبْرُكُ الْبَعِيرُ وَلْيَضَعْ يَدَيْهِ
قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Jika seseorang dari kamu
sujud, maka janganlah ia turun sujud sebagaimana mendekamnya unta. Hendaklah ia
meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya".
Perintah turun sujud dengan mendahulukan kedua tangan ini
merupakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, juga perbuatan beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana dikatakan oleh ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma:
عَنْ ابْنَ
عُمَرَ: أَنَّهُ كَانَ يَضَعُ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ، وَقَالَ: كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَفْعَلُ ذَلِكَ
Dari
Ibnu Umar, bahwa ia biasa meletakkan dua tangannya sebelum dua lututnya. Dan ia
mengatakan, "Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melakukannya".
Adapun hadits Wail bin Hujr radhiyallahu ‘anhu yang
memberitakan bahwa ia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
turun sujud dengan meletakkan dua lututnya sebelum dua tangannya, maka hadits
ini dha'if (lemah). Demikian juga anggapan bahwa matan (isi) hadits Abu
Hurairah di atas maqlub (terbalik) adalah tidak benar.
2. Larangan Menghamparkan
Tangan Seperti Binatang Buas
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
اعْتَدِلُوا فِي السُّجُودِ وَلَا يَبْسُطْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ
الْكَلْبِ
Dari Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda, "Seimbanglah di dalam sujud, dan
janganlah seseorang dari kamu menghamparkan kedua lengannya sebagaimana
terhamparnya (kaki) anjing". (HR al-Bukhari, no. 822. dan Muslim,no.493).
Hadits ini merupakan dalil larangan menghamparkan dua lengan
pada waktu sujud, yaitu meletakkan dua lengan di tanah (lantai atau tempat
sujud.). Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan untuk
mengangkat dua lengan (ketika sujud), sedangkan yang diletakkan di tanah adalah
dua tapak tangannya.
Orang yang shalat dilarang melakukan itu, karena keadaan itu
adalah keadaan atau sifat orang yang malas. Sementara orang yang sedang shalat
dituntut berada dalam keadaan paling bersemangat dan menghindarkan diri dari
semua keadaan yang menimbulkan kemalasan dalam semua rukun-rukun shalat.
Disamping juga, keadaan itu menyerupai binatang buas dan
anjing. Adalah suatu yang tidak pantas bagi manusia yang telah dimuliakan dan
diutamakan oleh Allah Azza wa Jalla menyerupai binatang, apalagi dalam
keadaan shalat.
3. Larangan Menoleh Seperti
Musang
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ
وَنَهَانِي عَنْ ثَلَاثٍ أَمَرَنِي بِرَكْعَتَيْ الضُّحَى كُلَّ يَوْمٍ
وَالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ
وَنَهَانِي عَنْ نَقْرَةٍ كَنَقْرَةِ الدِّيكِ وَإِقْعَاءٍ كَإِقْعَاءِ الْكَلْبِ
وَالْتِفَاتٍ كَالْتِفَاتِ الثَّعْلَبِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
ia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan
aku dengan tiga perkara dan melarangku dari tiga perkara. Memerintahkan aku
untuk melakukan shalat dhuha dua raka'at setiap hari, witir sebelum tidur, dan
puasa tiga hari dari setiap bulan. Melarangku dari mematuk seperti patukan ayam
jantan, duduk iq'a seperti duduk iq'a anjing, dan menoleh sebagaimana musang
menoleh".
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda :
لَا
يَزَالُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مُقْبِلًا عَلَى الْعَبْدِ وَهُوَ فِي صَلَاتِهِ
مَا لَمْ يَلْتَفِتْ فَإِذَا الْتَفَتَ انْصَرَفَ عَنْهُ
Allah
senantiasa menghadapi seorang hamba ketika ia sedang shalat, selama ia tidak
menoleh. Jika ia menoleh, maka Allah berpaling darinya. (HR Abu Dawud.no. 909).
Imam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata,
"Perumpamaan orang yang menoleh di dalam shalatnya dengan pandangan
matanya atau hatinya (ialah) seperti seseorang yang dipanggil oleh seorang
raja. Raja tersebut mendudukkan orang itu di hadapannya, mulai menyerunya, dan
berbicara kepadanya. Namun pada saat itu orang tersebut menoleh ke arah kanan
dan kiri dari sang raja. Hatinya juga berpaling dari sang raja sehingga ia
tidak memahami pembicaraan sang raja. Maka apakah perkiraan orang itu terhadap
tindakan raja kepadanya. Bukankah tingkatan paling rendah: ia akan meninggalkan
sang raja dalam keadaan dimurkai dijauhkan darinya, dan jatuh martabatnya di
hadapan sang raja?"
Larangan menoleh ini dikecualikan dengan beberapa hal -jika
dibutuhkan- seperti melirik dengan tanpa memutar leher, menolehnya imam kepada
makmum karena suatu keperluan, dan meludah tiga kali ke arah kiri untuk menolak
bisikan setan.
4. Larangan Sujud Dengan
Cepat Seperti Ayam Mematuk
عَنْ أَبِي
عَبْدِ اللهِ الأَشْعَرِىِّ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلاً لاَ يُتِـمَّ رُكُوْعَهُ يَنْقُرُ فِي
سُجُوْدِهِ وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: لَوْ مَاتَ هَذَا عَلَى حَالِهِ هَذِهِ مَاتَ عَلَى غَيْرِ مِلَّةِ
مُـحَمَّدٍ، ثُـمَّ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
مَثَلُ الَّذِي لا يُتِمُّ رُكُوْعَهُ وَيَنْقُرُ فِي سُجُوْدِهِ، مَثَلُ
الْـجَائِعِ يَأْكُلُ التَّمْرَةَ وَالتَّمْرَتَانِ لاَ يُغْنِيَانِ عَنْهُ
شَيْئًا
Dari Abu Abdullah al-Asy'ari radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang
laki-laki tidak menyempurnakan ruku'nya dan mematuk di dalam sujudnya ketika ia
sedang shatat lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.
"Jika orang ini mati dalam keadaannya ini, maka ia benar-benar mati tidak
di atas agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ' lalu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, "Perumpamaan orang yang tidak menyempurnakan
ruku'nya dan mematuk di dalam sujudnya, (ialah) seperti orang lapar makan satu
biji kurma, padahal dua biji kurma saja tidak bisa mencukupinya".
Abu Shalih (seorang perawi di dalam sanad hadits ini)
berkata, "Aku bertanya kepada Abu Abdullah, 'Siapakah yang telah
menceritakan hadits ini kepadamu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam?' Dia menjawab, 'Para komandan tentara, Amru bin al-Ash, Khalid
bin Walid, dan Syurahbil bin Hasanah; mereka semua telah mendengarnya dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam'".
5. Larangan Duduk Iq'a
Seperti Binatang Buas
Dalil larangan ini ialah hadits yang telah disebutkan di
atas (point ke tiga), dan iq'a ini juga disebut dengan 'uqbatusy-syaithan.
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ وَيَنْهَى أَنْ
يَفْتَرِشَ الرَّجُلُ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ
Dari 'Aisyah, ia berkata. "Dan
beliau (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) melarang 'uqbatusy-syaithan,
juga melarang seseorang menghamparkan kedua lengannya seperti terhamparnya kaki
binatang buas". (HR Muslim, no. 498).
Duduk Iq'a dalam
Shalat itu Ada Dua Macam:
1.
Iq'a yang terlarang. Yaitu cara duduk seperti binatang
buas, kera atau anjing. Cara duduk ini ialah dengan menegakkan kedua betis,
menempelkan pantat ke tanah (lantai) dan meletakkan kedua tangan di tanah
(lantai).
2.
Iq'a
yang boleh. Yaitu
meletakkan pantat di atas dua tumit pada waktu duduk di antara dua sujud. Hal
ini disebutkan di dalam beberapa hadits.
6. Larangan Menggerakkan Tangan Ketika Salam Seperti
Ekor Kuda
عَنْ
جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنَّا إِذَا سَلَّمْنَا قُلْنَا بِأَيْدِينَا السَّلَامُ
عَلَيْكُمْ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَنَظَرَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا شَأْنُكُمْ تُشِيرُونَ بِأَيْدِيكُمْ
كَأَنَّهَا أَذْنَابُ خَيْلٍ شُمْسٍ إِذَا سَلَّمَ أَحَدُكُمْ فَلْيَلْتَفِتْ
إِلَى صَاحِبِهِ وَلَا يُومِئْ بِيَدِهِ
Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu
‘anhu ia berkata, "Aku shalat bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Kami dahulu jika salam (dalam sholat), kami
mengisyaratkan dengan tangan kami 'as-salaamu alaikum, as-salamu 'alaikum,'
kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat kami, lalu
beliau bersabda, 'Mengapa engkau memberi isyarat dengan tanganmu, seolah-olah
ekor-ekor kuda yang tidak tenang? Jika seseorang dari kamu salam (dari
shalatnya), hendaklah ia menoleh kepada saudaranya, dan janganlah ia memberikan
isyarat dengan tangannya." (HR Muslim, no. 431, dan lain-lain).
Kami sering melihat ada sebagian orang melakukan shalat,
ketika salam, ia membuka telapak tangannya ke arah kanan dan kiri. Perbuatan
seperti ini termasuk di dalam larangan hadits ini. Sepantasnya mereka
mempelajari tata cara shalat dengan baik supaya dapat melakuan shalat itu
sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Demikian sedikit keterangan tentang larangan menyerupai
keadaan atau gerakan binatang di dalam shalat. Semoga
bermanfaat bagi kita. Amin
Allahualam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar